Masyarakat sudah mulai paham bahwa hoax sengaja dibuat untuk mempengaruhi opini publik. Karenanya, mereka mulai bersikap kritis saat menerima informasi.
Setidaknya demikian hasil survei yang dilakukan Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel). Dari 1.116 responden yang disurvei, 90,30% menyatakan kalau berita hoax itu sengaja dibuat.
Sebanyak 61,60% juga mengetahui bahwa hoax adalah berita menghasut. Selain itu, 59% berpendapat hoax adalah berita tidak akurat, 14% mengatakan hoax sebagai berita ramalan atau fiksi ilmiah, 12% mengatakan hoax menyudutkan pemerintah, 3% menganggap hoax berita yang tidak disukai, dan 0,60% menjawab tidak tahu.
"Masyarakat sudah tahu bahwa berita hoax sengaja dibuat untuk mempengaruhi publik dan kian marak, lantaran faktor stimulan seperti isu sosial politik dan SARA. Penerima hoax ini juga sudah bisa kritis menyikapinya," ucap Ketua Umum Mastel Kristiono di Lot 8, Kawasan SCBD, Jakarta, Senin, (13/2/2017).
Kristiono melanjutkan, sikap kritis dari masyarakat menyikapi hoax itu antara lain terlihat dari 54,10% yang mengetahui bahwa sumber berita hoax tidak jelas, sehingga 83,20% responden langsung mengecek kebenaran informasi tersebut. Sebanyak 15,90% menghapusnya dan mendiamkannya, dan hanya 1% yang langsung membagi hoax tersebut.
Dari yang hanya 1% itu, alasan responden meneruskan hoax karena menganggap berita tersebut dapat dipercaya (47,10%), mengira ada manfaatnya (31,90%), menganggap informasi tersebut benar (18%), dan ingin dilihat sebagai orang pertama yang tahu (3%).
Survei mengenai hoax ini dilakukan pada 7-8 Februrari 2017. Selama 48 jam, Mastel melakukan survei secara online dan direspons oleh 1.116 responden dengan berbagai variasi usia, yaitu 25-40 tahun (47,80%), di atas 40 tahun (25,70%), 20-24 tahun (18,40%), 16-19 tahun (7,70%) dan di bawah 15 tahun (0,40%). (rns/rns)
Sumber
comment 0 comments
more_vert