Dari tahun ke tahun, beberapa pihak di Indonesia terus meluncurkan satelit ke luar angkasa. Seiring dengan hal itu, Indonesia juga mulai berangsur-angsur mandiri mengembangkan satelit made in dalam negeri.
Ketua Asosiasi Satelit Indonesia (ASSI) Dani Indra Wijanarko mengatakan, tanda Indonesia bisa mandiri soal merancang satelit ini terlihat dari yang dilakukan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) dengan pembuatan Lapan-A3 yang diluncurkan tahun 2016.
"Jadi, sebenarnya kita sudah bisa bikin satelit sendiri, tapi kita bikin satelit kecil atau masih mikro, karena ukurannya masih dibawah 100 kilogram. Kalau satelit yang dipakai kita sekarang sudah 2 ton beratnya," ujar Dani ditemui di kantornya, beberapa waktu yang lalu.
Di tahun 2016, Lapan A3 yang merupakan kolaborasi dengan Institut Pertanian Bogor (IPB) meluncur di Sriharikota, India. Menariknya, satelit tersebut murni buatan tangan karya anak bangsa meski ukurannya mikro.
Di tahun yang sama, BRI juga meluncurkan satelitnya BRIsat diluncurkan di Kourou, Guyana, Amerika Selatan dengan menebeng roket kepunyaan Arianespace.
Sedangkan pada tahun 2017 ini, Indonesia akan memulai peluncuran satelitnya yang dilakukan oleh Telkom dengan Telkom 3S. Direncanakan mengudara ke ruang hampa di tempat yang sama dengan peluncuran BRIsat, yakni Kourou, Guyana, Amerika Selatan.
Meski sudah banyak peluncuran satelit yang dilakukan, ASSI menilai bahwa Indonesia tetap terlambat terjun ke bisnis satelit. Dengan geografis Indonesia yang kepulauan, maka satelit adalah keniscayaan dalam mengatasi isu penarikan kabel fiber optik dari satu pulau ke pulau yang akan sangat menguras kocek saku anggaran.
"Mungkin dengan kabel bagus tapi sulit, yang paling cepat itu satelit karena sudah dipancar ke atas (satelit), bisa langsung ke bawah semua," kata Dani
"Indonesia butuh satelit. Seharusnya sudah meluncurkan dari kemarin-kemarin, sekitar awal tahun 2000-an sudah meluncurkan banyak satelit, buktinya sekarang kita sampai membutuhkan 250 transponder," tuturnya. (fyk/fyk)
Ketua Asosiasi Satelit Indonesia (ASSI) Dani Indra Wijanarko mengatakan, tanda Indonesia bisa mandiri soal merancang satelit ini terlihat dari yang dilakukan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) dengan pembuatan Lapan-A3 yang diluncurkan tahun 2016.
"Jadi, sebenarnya kita sudah bisa bikin satelit sendiri, tapi kita bikin satelit kecil atau masih mikro, karena ukurannya masih dibawah 100 kilogram. Kalau satelit yang dipakai kita sekarang sudah 2 ton beratnya," ujar Dani ditemui di kantornya, beberapa waktu yang lalu.
Di tahun 2016, Lapan A3 yang merupakan kolaborasi dengan Institut Pertanian Bogor (IPB) meluncur di Sriharikota, India. Menariknya, satelit tersebut murni buatan tangan karya anak bangsa meski ukurannya mikro.
Di tahun yang sama, BRI juga meluncurkan satelitnya BRIsat diluncurkan di Kourou, Guyana, Amerika Selatan dengan menebeng roket kepunyaan Arianespace.
Sedangkan pada tahun 2017 ini, Indonesia akan memulai peluncuran satelitnya yang dilakukan oleh Telkom dengan Telkom 3S. Direncanakan mengudara ke ruang hampa di tempat yang sama dengan peluncuran BRIsat, yakni Kourou, Guyana, Amerika Selatan.
Meski sudah banyak peluncuran satelit yang dilakukan, ASSI menilai bahwa Indonesia tetap terlambat terjun ke bisnis satelit. Dengan geografis Indonesia yang kepulauan, maka satelit adalah keniscayaan dalam mengatasi isu penarikan kabel fiber optik dari satu pulau ke pulau yang akan sangat menguras kocek saku anggaran.
"Mungkin dengan kabel bagus tapi sulit, yang paling cepat itu satelit karena sudah dipancar ke atas (satelit), bisa langsung ke bawah semua," kata Dani
"Indonesia butuh satelit. Seharusnya sudah meluncurkan dari kemarin-kemarin, sekitar awal tahun 2000-an sudah meluncurkan banyak satelit, buktinya sekarang kita sampai membutuhkan 250 transponder," tuturnya. (fyk/fyk)
Sumber
comment 0 comments
more_vert