Di era digital, layanan aplikasi membantu perusahaan dalam melayani konsumennya. Tetapi, perusahaan sering mengabaikan untuk menjaga keamanan aplikasi tersebut, padahal perannya cukup vital.
Berdasarkan laporan hasil survei State of Application Delivery 2017 yang dilakukan oleh perusahaan penyedia keamanan, F5 Networks, menyebutkan ada tiga serangan cyber utama yang mengancam pembuat aplikasi.
Serangan tersebut dari Web Application Firewall (WAF), Domain Name System Security Extensions (DNSSEC), dan Distributed Denial of Service (DDoS). Survei itu juga menemukan bahwa penggunaan cloud yang meningkat pesat mendorong permintaan layanan-layanan aplikasi keamanan.
Disampaikan Country Manager F5 Network Indonesia, Fetra Syahbana, aplikasi menjadi hal yang penting untuk memuluskan strategi bisnis. Maka dari itu, permintaan layanan aplikasi keamanan suatu keniscyaan untuk saat ini, seiring ancaman cyer yang mengancam industri.
"Sudah tentu industri membutuhkan sistem keamanan pada aplikasi. Karena serangan cyber akan menyerang ke area yang ada uangnya, artinya sesuatu yang berharga," ucap Fetra di Jakarta, Kamis, (9/2/2017).
Tiga serangan cyber tersebut akan menjadi tren yang mengganggu sistem aplikasi. Fetra memaparkan serangan dari DDoS mencapai 21%, DNSSEC 25%, dan WAF 25%.
Meski sebagai perusahaan yang menangani keamanan aplikasi, Fetra mengaku tak tahu kapan serangan cyber datang. Maka dari itu, perusahaan harus bisa waspada menghadapi serangan tiba-tiba.
"F5 Networks ini di antara di antara cloud dan aplikasi. Jadi ketika ada serangan datang itu sampainya ke wilayah F5 Networks saja, gak sampai ke aplikasi," imbuhnya.
"Kalau serangan terjadi, biayanya tentu luar biasa. Tak hanya secara finansial yang dikeluarkan, tetapi juga reputasi," ucap Fetra. (fyk/fyk)
Sumber
comment 0 comments
more_vert