Ketua Umum Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel), Kristiono, menyebutkan sampai kapanpun hoax tidak bisa dibumihanguskan, selama haters masih saja berkeliaran.
Terlebih sekarang terjadi pergeseran perilaku dari offline ke online, sehingga memungkinkan perilaku orang lebih ekspresif di internet.
"Sampai kapanpun hoax tidak akan bisa hilang, karena banyak faktor mulai dari kepentingan iseng karena suka hal yang heboh-heboh, politik hingga bisnis," ujar Kristiono usai memaparkan hasil survei dampak hoax di Lot 8, Kawasan SCBD, Jakarta, Senin, (13/2/2017).
"Jangan sampai ini perilaku baru online yang karakternya berbeda di dunia offline. Ini fenomena baru, bisa saja di orangnya sama tapi karakternya berbeda ketika dia online," tambah Kristiono.
Di kesempatan yang sama, Ketua Bidang Kebijakan Strategis Mastel, Teguh Prasetya, mengatakan tantangan meredam hoax terus meningkat. Apabila zaman dahulu, hoax itu masih berbentuk selembaran, maka sekarang sudah merambah ke dunia maya lewat format digital.
"Format digital lebih mengerikan, nanti hoax bisa berbasis augmented reality, lokasi, dan video yang sudah mulai jadi produk hoax," sebutnya.
Maka dari itu, Kristiono mengatakan haters ini perlu dilawan tak hanya dilakukan pemerintah tetapi juga peran masyarakat juga dibutuhkan. Sebab, dari tiga bagian kelompok masyarakat, yaitu supporters, silent majority, dan haters, kelompok silent majority belum berperan meredam hoax.
"Mitigasi yang perlu dilakukan adalah untuk menjaga agar kelompok silent majority menjadi immune terhadap hoax dan lapisan kelompok haters dan supporters semakin berkurang," ungkap Kristiono.
Dilihat dari hasil survei Mastel soal cara paling efektif untuk menghambat penyebaran hoax, diantaranya edukasi masyarakat (57,70%), tindakan hukum (28,90%), mengkoreksi melalui media sosial (5,70%), blokir (5,30%), dan flagging (1,40%).
Sebab responden juga mengetahui bahwa tanggungjawab penanggulangan penyebaran hoax tak hanya dilakukan dari pemerintah saja. Survei menyebutkan tanggungjawab diri sendiri (85,20%), pemerintah (60,30%), komunitas (54,70%), kepolisian (48,50%), dan pemuka masyarakat (37,40%).
Mastel menggelar survei soal hoax ini sedari 7-8 Februrari 2017. Selama 48 jam itu, Mastel melakukan survei secara online dan direspon oleh 1.116 responden dengan berbagai variasi usia, yaitu 25-40 tahun (47,80%), di atas 40 tahun (25,70%), 20-24 tahun (18,40%), 16-19 tahun (7,70%) dan di bawah 15 tahun (0,40%). (rou/fyk)
Sumber
comment 0 comments
more_vert